Ridwan Kamil Dan BBF Apa Bedanya


Ridwan Kamil Dan BBF Apa Bedanya?

Oleh: Junaidin.M

Tahun 2016 lalu kebetulan saya dan beberapa rekan PWI Dompu, sempat mengikuti Porwanas atau Pekan Olahraga Wartawan Nasional khusus anggota wartawan yang tergabung dalam PWI seluruh Indonesia. Dan Alhamdulillah saat itu lokasi atau tempat diselenggarakannya acara bergensi bagi anggota PWI seluruh Indonesia itu di Ibu Kota Propinsi Jawa Barat yakni Bandung. Dan saat itu Kota Bandung kebetulan dipimpin oleh Walikota, Ridwan Kamil atau lebih akrab dipanggil Kang Emil.

Sejak dilantik menjadi Walikota Bandung tanggal 16 September 2013, Ridwan Kamil gencar melakukan penertiban dan penggusuran PKL dan perumahan kumuh.

Bahkan saking intens dan inginnya RK menjadikan Kota dimana dulu tempat diselenggarakannya Konfrensi Asia Afrika tanggal 18 April tahun 1955 itu, menjadi bersih dan indah berbagai terobosan dan kebijakan pun di lakukan. Salah satunya Ridwan Kamil sempat mengeluarkan kebijakan kontroversi yakni akan dikenakan denda 1 juta rupiah bagi warga Kota Bandung yang diketahui berbelanja di Pedagang Kaki Lima (PKL).

Alhasil tentu saja kebijakan itu menuai pro dan kontra, namun seorang arsitek ini tetap pada kebijakannya itu. Dan yang mencengangkan pria yang lahir tahun 1971 ini dari data yang dia peroleh rata-rata PKL yang ada di Kota Bandung itu ternyata hanya 2000 lebih orang yang ber-KTP Bandung dan sisanya KTP luar Bandung. Nah, karena kinerjanya yang baik dalam memimpin Kota Bandung itulah sehingga RK mulai dikenal luas secara nasional dan akhirnya menjabat gubernur Jawa Barat, tahun 2018-2023 dan ikut Pilkada DKI Jakarta walau gagal.

Lalu apa hubungannya dengan Bupati Dompu, Bambang Firdaus, SE? Keduanya sama-sama memimpin sebuah wilayah dan bedanya RK memimpin Kota sementara BBF memimpin wilayah Kabupaten.

Tapi, keduanya saya yakin memiliki visi yang sama ingin melihat, menciptakan, dan menata bagaimana agar sebuah Kota menjadi indah, tertib dan nyaman dilihat mata. Saya yakin hal yang sama juga diinginkan oleh warga Dompu lainya termasuk saya. Dimana kita sangat berharap atau melihat Kota Dompu yang asri, tertata rapi serta hijau dan tidak terlihat kumuh.

Lalu dengan cara apakah agar Kota Dompu itu menjadi indah, tertib yang merupakan dambaan warga kota Dompu itu? Jawabannya tentu adalah ada kebijakan-kebijakan dan terobosan yang harus dilakukan oleh pengambil kebijakan.

Terkadang kita hanya ingin atau memimpikan sebuah kota Dompu yang indah, nyaman, serta hijau, seperti kota-kota lainya, namun kita tidak mau memulainya. Karena itulah mungkin yang kini dimulai oleh seorang BBF. Yakni dengan mengambil kebijakan penertiban dan penataan PKL.

Memang diakui atau tidak pasti dari kebijakan yang diambil itu, ada warga, atau kelompok warga yang  tidak terima. Tapi mau tidak mau dan suka tidak suka, proses ini harus dimulai tentu dengan tetap mencari solusi bagi para PKL yang tadi ditertibkan. Atau dengan menempatkan para pedagang di tempat-tempat khusus para pedagang dan tidak mengganggu kepentingan umum atau warga lainya. Atau kebijakan yang berkeadilan.

Pro dan kontra sudah pasti akan terjadi, tapi kalau tujuanya ingin menata sesuatu menjadi lebih baik kenapa tidak dan ini perlu kearifan berpikir dari kita semua. Bagaimana trotoar yang dibangun dan peruntukan untuk warga yang berjalan kaki digunakan sesuai fungsinya dan peruntukanya. Demikian juga dengan bagaimana pasar yang dibangun khususnya untuk para pedagang juga digunakan sesuai fungsinya dan peruntukanya sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Mungkin hal itulah yang ingin dan tengah dilakukan oleh pemerintahan BBF-Sirajudin sekarang. Dan itu juga yang kini tengah dilakukan Walikota Bima, H. A. Rahman, dia memiliki komitmen menata Kota Bima agar lebih bersih, tertib dan indah. Bagaimana menurut anda?

Berita Terkait

Top